Akhir-akhir ini, permasalahan tentang berbagai jenis hewan menyerang tanaman padi dan tanaman pertanian lainnya di sejumlah daerah, antara lain babi hutan, tikus, keong mas dan gajah kembali menjadi permasalahan bagi sektor pertanian, sehingga hal ini harus mendapat perhatian dari berbagai pihak. Bahkan tidak tanggung-tanggung sebagai bentuk keputusasaan petani, mereka pun harus meratakan padi mereka dengan menggunakan traktor akibat serangan tikus.
Belum lagi kawanan gajah merusak tanaman jagung milik warga di daerah Lampung dan babi hutan merusak belasan hektar tanaman singkong di daerah Pekalongan, Jawa Tengah. Melihat berbagai masalah ini tentu kita sangat prihatin. Bagaimana tidak, hewan yang seharusnya merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diperuntukkan untuk kepentingan dan kebahagiaan manusia, harus menjelma menjadi hama dan perusak yang sangat menakutkan. Sungguh fenomena alam yang patut untuk dipelajari.
Secara alamiah, manusia, hewan, dan tumbuhan diciptakan untuk saling berinteraksi dan berdampingan dalam sebuah keseimbangan ekosistem. Sebagai contoh adalah sekalipun hewan harus dimangsa oleh hewan lain (carnivora) atau dimakan manusia (omnivora), Tuhan pun dengan adil telah memberikan jumlah keturunan yang relative banyak untuk hewan yang dimangsa tersebut, agar mampu melangsungkan kehidupannya, demikian pun sebaliknya.
Artinya,
jika keseimbangan ekosistem terjaga, maka alam pun akan “menjaganya”. Termasuk keseimbangan akan kebutuhan pakan bagi hewan pemakan tumbuhan (Herbivora) seperti gajah.
Dengan demikian, rusaknya tanaman pertanian oleh beberapa hewan tersebut, merupakan bentuk nyata bahwa adanya gangguan keseimbangan ekosistem alam. Sehingga harus ada upaya mengembalikan keseimbangan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah jangan merusak ekosistem alam. Langkah kongkretnya adalah dengan melestarikan hutan atau melakukan penanaman hutan kembali (reboisasi).
Selain itu, terkait dengan kesehatan hewan, peranan dokter hewan sebagai profesi medis veteriner harus menjadi garda terdepan. Terlebih jika hewan tersebut merupakan aset kekayaan bangsa atau hewan tersebut berpotensi menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi kelangsungan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar